Saturday, August 23, 2014

La Memoria - 4 "The Candle"

Part 1 – in the middle of snow

Januari
London-di tepi sungai Thames,

Angin beku menghembus di sela ranting-ranting pohon yang telah lama menanggalkan dedaunan, menggerak-gerakkannya membuat sepasang mata mungil mengikuti gerakannya yang agak liar. Seorang gadis kecil berusia sekitar tujuh tahun meringkuk di bawahnya, berharap angin itu berhenti berhembus, sambil merapatkan syal yang melilit lehernya, ia menghela nafas berat dan kepulan asap putih muncul di hadapannya, membuatnya merasa sedikit hangat.

Gadis itu menggosok-gosokkan lengannya yang tidak bersarung dan merapatkan kerudungnya, ia baru akan bangkit saat sebuah kaleng mendarat di pipinya, ‘hangat’ pikirnya sambil berusaha menyunggingkan seulas senyum, namun berhenti karena ia takut bibir mungilnya terluka.

“Minum itu.” Kata seorang anak laki-laki yang duduk di sebelahnya dan menegak cairan-yang tampaknya hangat-dari kaleng yang persis seperti yang tengah di genggam si gadis.

“Gutt.” Mata gadis itu berbinar senang “Kau tiba-tiba menghilang, membuatku cemas.”

“Aku selalu di sana, kau saja yang tidak melihatku.” Gutt mengikat tali sepatunya sebelum menegak habis minumannya

“Well, kau dapat berapa?” Gadis itu meraba saku celemeknya dan baru akan mulai menghitung saat Gutt memberinya isyarat untuk diam.

“Sssttt.” Gutt menggerakkan matanya mengikuti bayang-bayang di antara pepohonan tidak jauh dari mereka.

“Kau-yakin?” tanya sosok pertama, suaranya terdengar berat, suara seorang pria.

“Pengecut! Kau mau mundur? Kita sudah sejauh ini.” Sosok kedua lebih jangkung dan tampaknya suara itu datang dari seorang wanita.

Splash

“Suara apa itu?” gadis itu berbisik di sebelah Gutt.

“Ssst.” Gutt memberinya isyarat untuk diam, dan gadis itu mengatup bibirnya rapat-rapat.

Setelah bayangan kedua sosok tadi menjauh, Gutt melangkah keluar dari balik pohon persembunyiannya “Diam di sini.” Katanya dan gadis itu mengangguk menuruti.

Aliran sungai Thames menuju ke arah mereka, di bawah sinar rembulan, mereka dapat melihat sebuah keranjang mengapung, Gutt menyonsong keranjang itu, dan di dalamnya, ia melihat apa yang telah di duganya.

Seorang bayi mungil tertidur pulas, seolah kebekuan dunia tidak menyentuhnya, seolah salju-salju yang berjatuhan ke dalam keranjang adalah bola-bola kapas yang membuatnya semakin hangat.

“Apa dia-“

“Lihat nafasnya? Dia masih hidup.”

“Syukurlah.” Gadis itu melepaskan syalnya dan menyelimuti si bayi, memeluknya dan berbagi sedikit kehangatan yang ia punya.

“Kita harus segera pergi dari sini, kau urus dia.” Gutt menyambar kotak yang selalu di bawa si gadis dan menuntun mereka melewati salju yang menggunung hingga ke lutut.

-------

L.N
August 23rd, 2014



No comments:

Post a Comment